Total Tayangan Halaman

Hak Cipta AcehSky (2012). Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Sisa Penaklukan Van Daalen [Gayo Lues]

Gayo Lues memiliki sejarah panjang dengan beragam peristiwa. Berawal dari sebuah luhak hingga kabupaten. Penaklukan Van Daalen salah satu dari rangkaian sejarah negeri seribu bukit tersebut.


Pada masa Kerajaan Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, daerah Gayo dan Alas secara resmi dimasukkan dalam bagian Kerajaan Aceh. Gayo dan Alas waktu itu dibagi dalam beberapa daerah yang disebut Kejuruan. Kepada masing-masing kejuruan diberikan sebuah bawar, yakni pedang sejenis tongkat komando sebagai pengganti surat keputusan.


Daerah Gayo dan Alas dibagi menjadi delapan kejuruan, enam di Gayo, yaitu Kejuruan Bukit, Lingge, Syiah Utama, Patiambang, Bebesan, dan Kejuruan Ambuk. Dua lagi di Tanah Alas yaitu Kejuruan Batu Mbulan dan Kejuruan Bambel.

Kejuruan Patiambang berkedudukan di Penampahan dengan luas daerah seluruh Gayo Lues yang terdiri dari 55 kampung. Kepala pemerintahan dipegang Kejruen dengan dibantu empat orang Reje, yaitu Reje Gele, Bukit, Rema dan Kemala, dan delapan Reje Cik yaitu: Porang, Kute lintang, Tampeng, Kemala Derna, Peparik, Penosan, Gegarang dan Padang.

Tugas utama Reje dan Reje Cik adalah membangun daerahnya masing-masing dan memungut pajak dari rakyat serta memilih kejuruan. Kejuruan setiap tahun menyetor upeti kepada Sultan Aceh.

Pada masa penaklukan oleh Pemerintah Kolonial Belanda ke nusantara, termasuk Aceh, Belanda kemudian melakukan ekspansi sampai ke Gayo Lues. Setelah Sultan Muhammad Daudsyah menyerah pada Belanda pada tahun 1903, maka Gubernur Militer Aceh Van Heutsz memutuskan untuk menaklukkan seluruh Aceh. Daerah yang belum takluk waktu itu adalah Gayo Lues dan Alas.

Van Heutsz memerintahkan Van Daalen untuk menaklukkan daerah tersebut. Setelah segala sesuatunya dianggap rampung maka Van Daalen mulai menyerang daerah Gayo Lues pada tahu 1904.

Setelah mengalahkan Gayo Laut, Gayo Deret, akhirnya Van Daalen memasuki daerah Gayo Lues disebuah kampung terpencil yaitu kampung Kela (9 Maret 1904). Dari sinilah daerah Gayo lues ditaklukkan benteng demi benteng. Dimulai dengan menaklukkan benteng pasir (16 Maret 1904), Gemuyung (18,19,20 Maret 1904), Durin (22 Maret 1904), Badak (4 April 1904), Rikit Gaib (21 April 1904), Penosan (11 Mei 1904), Tampeng (18 Mei 1904).

Hampir seluruh isi benteng dimusnahkan dan yang luka-luka tertawan akhirnya dibunuh. Menurut catatan Keempes dan Zentegraaf (pengarang Belanda) hampir 4000 rakyat Gayo dan Alas gugur, termasuk pejuang Gayo seperti Aman Linting, Aman Jata, H Sulaiman, Lebe Jogam, Srikandi Inen Manyak Tri, Dimus dan lain-lain.

Setelah menaklukkan Gayo Lues pasukan Belanda kemudian menuju Tanah Alas. Mereka baru kembali lagi ke Gayo Lues pada tahun 1905 untuk menyusun pemerintahan. Belanda kemudian membentuk Pemerintahan Sipil yang disebut Onder Afdeling (Kabupaten).

Onder Afdeling Gayo lues membawahi tiga daerah yang disebut Landchap (Kecamatan), yaitu: Landchaap Gayo Lues di Blang Kejeren dikepalai oleh Aman Safii. Landchap Batu Mbulan dikepalai oleh Berakan. Landchap Bambel dikepalai oleh Syahidin.

Sejak 1905 – 1942 Tanah Alas tunduk ke Gayo Lues. Tahun 1926 terjadi pemberontakan rakyat terhadap Belanda di Blang Kejeren yang dipimpin oleh Muhammad Din, pemberontakan gagal. Muhammad Din ditangkap dan dibuang ke Boven Digul (Irian Jaya) sedangkan kawan-kawannya dibuang ke Cilacap, Sukamiskin dan Madura.

Setelah Belanda kalah dalam perang dunia II, Jepang masuk ke Indonesia. Pada tahun 1942 – 1945 Gayo Lues dijadikan Jepang sebagai salah satu daerah pertahanan dan pemusatan militer di Aceh. Pemuda-pemuda Gayo Lues dilatih kemiliteran dalam jumlah yang banyak diharapkan pemuda-pemuda ini kelak sebagai pendukung militer Jepang.

Pemuda-pemuda hasil didikan Jepang antara lain adalah Muhammad Din, Bahrin, Zakaria, Maaris, Maat, Jalim Umar, Abdurrahim, Asa, Dersat, Hasan Sulaiman, Ahmad Aman Bedus, Hasan Tejem dan lain-lain.

Kisah penaklukkan Van Daalen itu menjadi sebuah catatan tersendiri bagi masyarakat Gayo Lues. Malah penulis Belanda, H C Zentgraaff dalam bukunya “Atjeh” menggambarkan penaklukan tersebut sebagai sebuah ekspansi yang mengerikan. Ia menyebutnya hantu-hantu di blang untuk ketangkasan pejuang Gayo Lues menyerang Belanda secara frontal dan tiba-tiba.

Dari Luhak ke Kabupaten
Pada tahun 1946 pemerintah Aceh menetapkan daerah pedalaman menjadi satu kabupaten (keluhakan) yang bernama Keluhakan Aceh Tengah. Luhak (Bupati) dan ibu kota kabupaten dimusyawarahkan antara pemimpin dari Takengon, Blang Kejeren dan Kutacane.

Setelah diadakan musyawarah terpilihlah Raja Abdul Wahab sebagai Luhak Aceh Tengah sedangkan Takengon dipilih sebagai Ibukota, A R Hajat sebagai Patih, Mude Sedang menjadi Wedena Takengon, M Saleh Aman Sari menjadi Wedena Gayo Lues dan Khabar ginting menjadi Wedena Tanah Alas.

Setelah susunan pemerintahan terbentuk dan berjalan beberapa bulan mulailah terasa kesulitan menjalankan roda pemerintahan mengingat hubungan Takengon-Blangkejeren-Kutacane sangat jauh. Atas dasar kesulitan di atas maka sejak tahun 1957 mulailah Gayo dan Alas berjuang membentuk kabupaten sendiri. Setelah melalui perjuangan penuh liku-liku akhirnya pada tahun 1974 Gayo dan Alas terbentuk menjadi kabupaten yang dinamakan kabupaten Aceh Tenggara dengan undang-undang No. 4 Tahun 1974 tertanggal 26 Juni 1974.

Dengan berlakunya UU Nomor 5 tahun 1974, maka status kewedanan diganti dengan sebutan Pembantu Bupati. Namun sejak tahun 1975 sampai 1981 status Gayo Lues masih dalam status transisi karena Gayo Lues dijadikan daerah koordinator Pemerintahan untuk empat kecamatan. Baru pada tahun 1982 kewedanaan Gayo Lues dijadikan wilayah Pembantu Bupati Gayo Lues dipimpin oleh pembatu Bupati.

Pada akhir tahun 1997 tokoh Gayo Lues bermusyawarah di Blangkejeran memperjuangkan daerah tersebut menjadi kabupaten. Dibentuklah panitia persiapan peningkatan status wilayah yang diketuai oleh Drs H Maat Husin. Baru pada 2 Juli 2002 Gayo Lues diresmikan menjadi kabupaten oleh Menteri Dalam Negeri, Hari Subarno.

Tanggal 6 Agustus 2002 Gubernur Aceh, Ir Abdullah Puteh melantik Ir.Muhammad Ali Kasim, MM menjadi Penjabat Bupati Gayo Lues di Kutacane. Sebagai kepala pemerintahan pertama di daerah seribu bukit tersebut.

Pesona Negeri Seribu Bukit
Kabupaten Gayo Lues terletak di antara gugusan pegunungan Bukit Barisan. Panorama alam dengan lekukan bukit itulah yang membuat daerah tingkat dua itu digelar dengan sebutan negeri seribu bukit.

Sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Gayo Lues sebagai daerah tingkat dua dibentuk melalui Undang-Undang nomor 4 tahun 2002, tanggal 10 April 2002.

Daerah pecahan Kabupaten Aceh Tenggara ini memiliki berbagai potensi sumber daya alam seperti lada, kopi, nilam, tembakau, kakao dan lain sebagainya. Untuk menghubung daerah pedalaman tersebut, Pemerintah Aceh pernah mencanangkan pembangunan jalan jalur laut Hindia, Gayo, Alas dan Selat Malaka (Ladiagalaska).

Sebagai daerah pegunungan, Gayo Lues mempunyai lahan yang subur untuk tanaman dataran tinggi. Potensi alam lainnya berupa pinus, timah, emas, serta peternakan lebah. Madu dari daerah ini dikenal nikmat karena alami dan diambil langsung dari peternakan lebah di pegunungan.

Selain itu, kabupaten ini juga berpotensi sebagai daerah wisata, seperti di kawasan puncak yang indah. Selain pemandangannya, adat dan kebudayaan Gayo yang unik pun bisa menjadi objek wisata sebagai tontonan wisatawan, antara lain tarian Saman Gayo yang katanya pernah dipertontonkan di Amerika, tarian bineus yaitu ratapan dengan irama yang khas.

Setiap tahun pada bulan Agustus orang-orang dari seluruh kecamatan akan berkumpul di Blangkejeren untuk menyaksikan event tahunan pacuan kuda yang diadakan selama beberapa hari. Pacuan kuda tradisional ini jokinya adalah anak-anak yang duduk berani di atas kuda yang berlari kencang tanpa pelana dan tali kekang.

Gayo juga mempunyai hasil karya budaya yang indah yang menjadi kebanggaan orang-orangnya yaitu kain kerawang; kain rajutan dengan motif khas adat dari paduan warna hitam, kuning, merah, hijau dan oranye. Semua itu kalau digarap dengan serius akan menjadi sebuah daya tarik tersendiri yang memesona bagi daerah seribu bukit tersebut.

Objek Wisata Gayo Lues
Kabupaten Gayo Lues memiliki beberapa tempat wisata yang menarik, seperti wisata air panas, terletak sekitar 60 kilometer dari Kota Blang Kejeren. Air terjun akang siwah yang bertingkat tiga. Wisata alam yang sangat indah terletak sekitar enam kilometer dari Kota Blangkejeren. Objek lainnya adalah even tahunan pacuan kuda tradisional. Lomba tahunan yang diadakan setiap 17 Agustus. Sangat menarik karena jokinya anak-anak, memacu kuda dengan kaki telanjang tanpa pelana.[
Iskandar Norman/pm]
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Sejarah Aceh dengan judul Sisa Penaklukan Van Daalen [Gayo Lues]. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://acehsky.blogspot.com/2012/06/sisa-penaklukan-van-daalen.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown - Sabtu, 30 Juni 2012